Harta Karun Incaran Dunia Ini Melimpah di RI Nggak Bakal Diekspor
Jakarta – Pemerintah Indonesia resmi melarang ekspor mineral ikutan dari timah. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebutkan bahwa dalam mineral ikutan tersebut terkandung logam tanah jarang yang dikenal sebagai harta karun incaran dunia.
Arahan Presiden Prabowo
Menurut Bahlil, kebijakan ini merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya penguasaan sumber daya strategis oleh negara. Logam tanah jarang dianggap sebagai komoditas bernilai tinggi yang dapat menunjang pendapatan nasional.
“Kami Kementerian ESDM atas arahan Bapak Presiden, logam tanah jarang ini menjadi salah satu komoditas strategis yang harus dikuasai oleh negara,” kata Bahlil.
Peran Badan Industri Mineral
Sebagai tindak lanjut, pemerintah telah menugaskan Badan Industri Mineral untuk mengkaji nilai tambah dari produk turunan timah, khususnya logam tanah jarang. Pengelolaan sumber daya ini akan diprioritaskan melalui BUMN agar manfaatnya dirasakan langsung oleh negara.
Langkah Strategis Pemerintah:
- Melarang ekspor mineral ikutan dari timah.
- Memberikan prioritas izin usaha kepada BUMN.
- Mengembangkan hilirisasi logam tanah jarang di dalam negeri.
- Meningkatkan pendapatan negara dari komoditas strategis.
Potensi Logam Tanah Jarang Indonesia
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi logam tanah jarang di Indonesia pada 2024 mencapai 136,2 juta ton dalam bentuk bijih dan 118.650 ton dalam bentuk logam. Angka ini tercatat dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 228.K/MB.03/MEM.G/2025.
Rincian Potensi Logam Tanah Jarang:
- Bijih tereka: 128,8 juta ton.
- Logam tereka: 114.236 ton.
- Bijih tertunjuk: 5,4 juta ton.
- Logam tertunjuk: 3.317 ton.
- Bijih terukur: 1,82 juta ton.
- Logam terukur: 1.097 ton.
Kesimpulan
Dengan melimpahnya potensi logam tanah jarang, pemerintah berkomitmen penuh untuk mengelola sumber daya ini demi kepentingan nasional. Keputusan untuk melarang ekspor sekaligus mendorong hilirisasi di dalam negeri diharapkan dapat menjadikan logam tanah jarang sebagai komoditas unggulan Indonesia yang mampu bersaing di pasar global.
